February 16, 2011

Hubungan Kelamin dalam Islam




Menikmati Hubungan Kelamin dalam Islam

Hubungan kelamin dalam suatu ikatan pernikahan merupakan suatu aktiviti kelaminual yang melibatkan dua pihak, yaitu suami dan isteri. Hal ini membawa pengertian bahawa masing-masing suami-isteri haruslah sama-sama menikmatinya atau merasakan kenikmatan ketika melakukannya. Sehingga, tidak sepatutnya seorang suami hanya memikirkan kenikmatan untuk dirinya sendiri, tanpa memmerhatikan bahawa isteripun menginginkan kenikmatan yang sama.


Allah swt berfiman dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 187:
“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagi suami dan kalian (suami) adalah pakaian bagi mereka”


Jika kita melihat kepada konteks ayat tersebut, dan juga konsep mu’asyarah bil ma’ruf yang mengandung arti kebaikan bagi semua pihak (suami-isteri), maka tentunya dalam melakukan hubungan kelamin juga harus dalam ruang lingkup konsep tersebut. Artinya, bagaimanapun untuk menikmati hubungan kelamin, di antara suami-isteri hendaklah tidak terjadinya pemaksaan yang merugikan salah satu pihak. Begitu juga dengan ayat tersebut, mengandungi arti keadilan antara suami isteri. Syarat agar masing-masing menikmati hubungan kelamin, maka keduanya harus sama-sama sehat, baik itu secara fizikal, mental maupun sosial (situasi dan keadaan).

Hubungan kelamin yang sihat menurut Islam adalah hubungan kelamin yang dilakukan oleh pihak lelaki dan perempuan dalam ikatan pernikahan (bukan perzinaan), dan dengan cara-cara yang halal agar ianya mendatangkan kasih sayang dan kebahagiaan bagi keduanya dengan penuh perasaan saling bertanggungjawab.

Menurut konsep Islam, hubungan kelamin bukanlah ruangan ranjang untuk melempiaskan hawa nafsu, tetapi merupakan bagian mu’asyarah yang prinsipnya berlandaskan pada mawaddah dan rahmah. Karena itu mu’asyarah-nya haruslah bil ma’ruf iaitu kenikmatan yang dihasilkan harus dirasakan bersama-sama (bukan sepihak, yang mengecewakan bahkan menyakitkan pihak lain). Jadi suami harus menggauli isterinya dengan cara yang baik dan menyenangkan, sebagaimana hadits Rasulullah saw:




“Sebaik-baik kalian adalah orang yang baik terhadap keluarganya, dan saya adalah orang yang paling baik pada keluargaku, tidaklah menghormati pada wanita kecuali orang yang mulia dan tidaklah menghinakannya kecuali orang yang tercela.”



No comments:

Post a Comment